TIMES BANJAR, BANJAR – Tim Panitia Seleksi Calon Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional atau Baznas Kota Banjar telah mengumumkan 10 besar nama calon pimpinan Baznas periode 2025 hingga 2030.
Dari 17 nama calon, tertera 10 nama yang dinyatakan lulus dimana H. Asep Saepurrohman mendapatkan nilai terbesar yakni 90,67.
Nama-nama lainnya yang lulus seleksi dari mulai tahap administrasi hingga wawancara, antara lain H Undang Munawar, Supriyanto, H Yayan, Yayat Hidayat, Drs H Kuspriadi, Anang Saepudin, Rd Anton Nurman Soleh, Ukar Sukarno dan Syamsudin.
Dari deretan nama yang dinyatakan tim panitia seleksi, nama Supriyanto menjadi sorotan publik karena keterlibatannya di partai politik dimana disebutkan bahwa dirinya terdaftar sebagai caleg DPRD Kota Banjar dari PKB dapil Banjar 1.
Ketua HMI Kota Banjar, Rio Julian mengecam keras terhadap proses seleksi calon pimpinam Baznas Kota Banjar. Menurutnya, pola rekruitmen panitia seleksi saat ini hanya memperlemah kepercayaan publik terhadap pengelolaan zakat, infak, dan sedekah.
"Baznas semestinya diisi tokoh-tokoh dengan rekam jejak bersih, bebas dari konflik kepentingan dan memiliki kapasitas dalam memberdayakan umat, bukan sekedar loyalis atau mantan pejabat," serunya.
Hal senada disampaikan Juru Bicara Al Muktabar Aan Alamsyah yang turut buka suara terkait hasil seleksi tim panitia.
Aan menyoroti hasill seleksi panitia yang menjadi perhatian publik dimana panitia seleksi dinilai mengabaikan keterlibatan sejumlah calon legislatif yang gagal dalam pemilu sebelumnya di proses seleksi komisioner Baznas kali ini.
"Hal ini berpotensi mengganggu netralitas lembaga amil zakat di masa mendatang. Keterlibatan caleg gagal dalam seleksi ini jelas memunculkan kekhawatiran soal netralitas Baznas yang seharusnya steril dari kepentingan politik karena tugas utamanya adalah mengelola zakat secara profesional dan adil,” paparnya, Jumat (5/6/2025).
Menurutnya, keterlibatan caleg gagal dalam seleksi ini bisa menjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, yang menekankan pentingnya independensi dan integritas dalam tubuh Baznas.
"Selain itu, dominasi pensiunan dalam hasil seleksi komisioner yang dikhawatirkan komposisi ini dapat berdampak pada efektivitas dan semangat kerja lembaga," ujarnya.
Jika mayoritas komisionernya berasal dari kalangan pensiunan, tambah Aan, tentu dikhawatirkan akan mempengaruhi kredibilitas dan integritas Baznas.
"Baznas itu harapan masyarakat, bukan tempat parkir jabatan. Jadi harus benar-benar diisi oleh orang yang tepat, profesional, dan memiliki dedikasi tinggi,” tegasnya.
Hal tersebut dikarenakan tantangan ke depan membutuhkan energi, inovasi, dan kecepatan dalam merespons kebutuhan umat dimana publik membutuhkan Baznas yang benar-benar bekerja untuk kesejahteraan umat.
"Bukan yang justru menjadi tempat pelarian bagi kepentingan tertentu," kecamnya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Panitia Seleksi Calon Pimpinan Baznas Kota Banjar, Agus Mulyana, saat dihubungi Times Indonesia menyampaikan bahwa pihaknya akan segera melakukan koreksi.
"Terimakasih masukannya, besok kita koreksi," katanya.
Agus menerangkan bahwa tahapan proses seleksi calon pimpinan Baznas dimulai dengan seleksi Administrasi dimana lolos 18 peserta.
Tahapan selanjutnya di seleksi Kompetensi metode CAT, peserta yang lolos sebanyak 17 karena 1 peserta tidak hadir.
"Nah, dari seleksi wawancara kemudian lolos 10 peserta yang sesuai nilai kumulatif kompetensi dan wawancara," tandasnya.
Selanjutnya, seleksi verifikasi Administrasi dan verifikasi faktual bagi yang lolos 10 besar oleh Baznas Pusat dan Baznas Provinsi. Nantinya, penetapan 5 besar akan diserahkan ke pimpinan daerah yaitu Wali Kota. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Seleksi Capim Baznas Kota Banjar Didominasi Pensiunan dan Caleg Gagal
Pewarta | : Sussie |
Editor | : Deasy Mayasari |