TIMES BANJAR, BANJAR – Usai tragedi maut tertempernya seorang pedagang mainan oleh KA Kutojaya Selatan arah Kiara Condong di perlintasan tanpa palang pintu menjadi atensi serius pemerintah Desa Balokang, Kecamatan Banjar Kota Banjar Jawa Barat.
Sehari setelah tewasnya pria lansia Saimun (70) saat akan menyebrangi perlintasan, Desa Balokang bersama warga memasang garis kejut dan portal di perlintasan maut yang banyak merenggut nyawa.
Kepala Desa Balokang melalui Sekdes, Dadang Saryanto, mengungkap bahwa sebetulnya palang tersebut sudah lama terpasang namun karena terkendala anggaran honor untuk penjaga palang pintu akhirnya palang tidak dioperasikan.
"Ada setengah tahun kami buat. Pertama dipasang di sisi selatan, karena ketabrak jadi jebol. Kemudian dicabut pindah ke sisi utara dan beberapa waktu lalu patah. Kami sudah las kembali dan tadi siang sudah terpasang lagi. Palang tersebut dibuat atas inisiatif pemdes berdasarkan usulan masyarakat," bebernya.
Kendati sudah terpasang, pihak Desa masih kebingungan terkait teknis penjagaan palang pintu karena saat ini anggaran di Desa terbilang minim untuk menyiapkan honor bagi penjaga palang pintu yang dapat mengantisipasi bertambahnya korban saat melintas.
"Kita juga masih bingung terkait kewenangan. Karena menurut Permenhub 94 tahun 2018 pada pasal 37 menyatakan bahwa perlintasan sebidang yang ada di Jalan Kabupaten/Kota dan Jalan Desa adalah tanggungjawab Bupati atau Wali kota," katanya. (*)
Pewarta | : Sussie |
Editor | : Faizal R Arief |