TIMES BANJAR, BANJAR – Salah satu eks petugas pengangkut sampah Kamisama, Tata (38) buka suara terkait polemiks TPS yang kini terancam diputus kontrak kerjasamanya oleh Pemkot Banjar.
Tata mengaku bergabung dengan Kamisama pada Januari hingga awal Agustus 2024. Dia terpaksa berhenti karena ada pengurangan pekerja pada saat itu dan manajemen Kamisama juga meminta Tata berpindah wilayah tugas ke lingkungan Parungsari.
"Saya tidak mau karena memang sejak tahun 2011 saya sudah mengangkut sampah di kawasan Perum Griya Banjar Raharja dan sekitarnya. Waktu itu pilihannya, kalau tidak mau di rolling ya berhenti. Padahal, saat itu tugas saya mengangkut sampah dari 400 KK," tuturnya saat ditemui dikediamannya di Lingkungan Haurmukti, Kelurahan Purwaharja, Jumat (11/7/2025)
Alasan Kamisama mengurangi pekerja saat itu, terang Tata, karena kendala banyaknya motor yang rusak sehingga beberapa rekannya ada yang diberhentikan.
Setelah berhenti dari Kamisama, mulai September 2024, Tata memilih mengangkut sampah secara mandiri dan mengelola sampah di rumahnya dengan melakukan pemilahan secara mandiri.
"Awalnya saya hanya mengangkut 5 KK dan seiring berjalannya waktu, sudah ada 200 lebih KK yang saya angkut dilingkungan sini dan semua saya olah sendiri, saya buat sistem pembakaran meniru dari medsos yang aman lingkungan," urainya.
Kini, Tata melakukan pengolahan sampah secara total dimana ia bekerjasama dengan beberapa pegepul guna menampung sampah daur ulang dan sampah organik. Penghasilan yang didapatpun lebih besar ketimbang saat diriinya masih bergabung di Kamisama.
"Kalau di Kamisama kami hanya dibayar dua juta setiap bulannya dan itu hanya mengakut sampah dari pelanggan ke TPS. Sekarang, saya dapat penghasilan tambahan dari memilah sampah yang bisa dijual kembali selain dari iuran warga setiap bulannya sebesar Rp15 ribu," katanya.
"Kalau waktu di Kamisama, kita ga punya sampingan dan honorpun sering telat kita terima padahal kita kan orang butuh ya. Sekarang secara mandiri, kita ga ada tekanan apapun lagi walau secara tenaga memang lebih capek karena semua dikerjakan sendiri," imbuhnya.
Salah seorang warga yang enggan namanya disebut mengisahkan bahwa sebagian besar warga Perum GBR memilih berhenti berlangganan Kamisama usai mengetahui Tata berhenti dari Kamisama.
"Kalau mang Tata itu rajin, setiap hari sampah selalu diangkut. Nah, sejak diberhentikan, sampah hanya diangkut seminggu sekali dan akhirnya kami sepakat berhenti berlangganan Kamisama," tuturnya.
Kesepakatan tersebut semata-mata dikarenakan warga sudah merasakan langsung bagaimana pelayanan Tata dalam mengangkut sampah dan menjaga kebersihan lingkungan.
"Jadi, sebelum ada ramai-ramai dari Forum RT RW mendatangi Kamisama, warga di Perum ini sudah duluan bergerak dengan memutuskan berlangganan," tandasnya. (*)
Pewarta | : Sussie |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |